
Gending: Warisan Budaya Jawa dan Palembang
Gending merupakan lagu atau tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Jawa dan Palembang, berfungsi sebagai warisan budaya yang bernilai sejarah. Dalam karawitan, gending adalah komposisi musik yang menggabungkan seni suara instrumental dan vokal, sering digunakan untuk mengiringi tarian seperti wayang kulit dan wayang orang.
Jenis-Jenis Gending
-
Gending Ageng: Berukuran besar dan berdurasi panjang.
-
Gending Tengahan: Berukuran sedang.
-
Gending Alit: Berukuran kecil dengan durasi pendek.
-
Gending Dolanan: Lagu anak-anak yang dinyanyikan saat bermain.
-
Gending Lancaran: Jenis gending dalam karawitan.
Menurut Martopangrawit yang dikutip oleh Supanggah dalam buku Bothekan Karawitan II: Garap, istilah gending digunakan untuk menyebut komposisi musikal karawitan Jawa. Secara tradisi, gending diklasifikasikan menjadi tiga bentuk: ageng, tengahan, dan alit.
Salah satu contoh gending adalah Gending Sledreng laras slendro pathet sanga, yang termasuk gending ageng karena kendangannya menggunakan kendangan Jangga. Dalam tradisi Yogyakarta, gending ini jarang disajikan dalam uyon-uyon maupun iringan tari. Menurut keterangan beberapa narasumber seperti R.M. Soejamto dan Bambang Sri Atmadja, gending ini jarang dipilih untuk pertunjukan baik dalam bentuk soran maupun lirihan.
Macam-Macam Gending Karawitan Jawa
-
Berdasarkan Ukuran:
-
Gending Ageng (besar).
-
Gending Tengahan (sedang).
-
Gending Alit (kecil).
-
-
Berdasarkan Struktur:
-
Gending Lancaran.
-
Gending Srepegan.
-
Gending Sampak.
-
Gending Ayak-ayakan.
-
Gending Kemuda.
-
Gending Ketawang.
-
Gending Ladrang.
-
Gending Merong Kethuk 2 Kerep.
-
Gending Merong Kethuk 2 Arang.
-
Gending Merong Kethuk 4 Kerep.
-
Gending Merong Kethuk 4 Arang.
-
Gending Merong Kethuk 8 Kerep.
-
Inggah Gending Kethuk 2.
-
Inggah Gending Kethuk 4.
-
Inggah Gending Kethuk 8.
-
Inggah Gending Kethuk 16.
-
-
Struktur Tidak Beraturan:
-
Gending Jineman.
-
Gending Palaran.
-
Gending Dolanan.
-
Fungsi Gending Karawitan Jawa
Gending berfungsi sebagai pelengkap sajian seni suara dalam berbagai keperluan karawitan. Selain itu, gending juga mendukung pertunjukan seni lainnya seperti wayang kulit, wayang orang, dan acara-acara lain yang membutuhkan karawitan sebagai pengiring.
Baca Ini : Sejarah Lagu Jawa Atau Tembang
Sementara itu Gending Palembang merujuk pada Tari Gending Sriwijaya Berikut Sejarah, Pola Lantai, hingga Propertinya
Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya adalah tarian tradisional dari Palembang, Sumatra Selatan. Istilah “gending” berarti alunan atau suara, sedangkan “Sriwijaya” melambangkan Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan besar di Palembang.
Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Menurut Ensiklopedia Seni, Budaya, dan Pariwisata Kota Palembang oleh Syarifuddin, dkk, tarian ini diciptakan untuk menyambut tamu agung di Sumatra Selatan. Lagu dan melodi diciptakan oleh Ahmad Dahlan Mahibat, sementara syairnya disusun oleh Nungcik AR. Gerakan tari diciptakan oleh Sukaenah A. Rozak dan Tina Haji Gung.
Makna Tari Gending Sriwijaya adalah simbol keagungan dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Awalnya, tarian ini hanya dipentaskan untuk tamu kerajaan, menggambarkan kegembiraan dan keramahan gadis-gadis Palembang dalam menyambut tamu agung.
Pertunjukan pertama Tari Gending Sriwijaya dilakukan pada 2 Agustus 1945 di halaman Masjid Agung Palembang, dalam rangka menyambut M. Syafei (Ketua Sumatora Tyuo In) dan Djamaluddin Adinegoro (Ketua Dewan Harian Sumatra). Saat ini, Tari Gending Sriwijaya digunakan sebagai tari penyambutan tamu penting, seperti presiden, menteri, atau duta besar.
Gerakan Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya biasanya dibawakan oleh sembilan penari wanita. Gerakan tarian ini memiliki ciri khas:
- Menggunakan lentikan jari tangan.
- Gerakan tangan yang kuat.
- Perpaduan gerakan mengalun dan patah-patah.
Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya
Pola lantai yang digunakan berbentuk lurus garis vertikal dan membentuk formasi V, menambah estetika pertunjukan.
Properti Tari Gending Sriwijaya
Properti yang digunakan dalam tarian ini meliputi:
-
Pakaian adat Aesan Gede: Busana mewah khas Palembang.
-
Selendang Mantri: Pelengkap busana penari.
-
Gelang Paksangkong: Gelang tradisional.
-
Tepak: Wadah berisi kapur sirih, pinang, dan ramuan untuk persembahan.
-
Peridon: Wadah kuningan yang dibawa oleh penari.
-
Payung Kebesaran: Melambangkan kehormatan.
-
Tombak: Properti untuk pengawal penari.
-
Gamelan dan Gong: Pengiring musik.
Pada tarian ini, penari terdepan membawa tepak sebagai persembahan sekapur sirih kepada tamu. Ia diikuti oleh dua penari yang membawa peridon. Dahulu, persembahan dilakukan hanya oleh penari putri, namun kini banyak peran musik dan pengiring digantikan oleh rekaman, dan peran pengawal sering ditiadakan di panggung tertutup.
Tari Gending Sriwijaya merupakan simbol budaya Palembang, menggambarkan keramahan, kebesaran, dan tradisi penyambutan tamu agung yang tetap lestari hingga kini.
Gending merupakan simbol kekayaan budaya dan seni yang tidak hanya menyimpan nilai estetika tetapi juga sejarah. Melalui pelestarian gending, tradisi musik karawitan Jawa tetap hidup sebagai salah satu identitas budaya Indonesia.